Minggu, 07 Juli 2013

POSTER

Tugas selanjutnya adalah memuat poster untuk tugas akhir UAS yang bertema tentang sampah.
Nama : Ninda Prisliyani
NIM : 12513003



Filtrasi

Pada tugas kali ini, saya akan membuat Filtrasi, yaitu antara lain akan membuat pipa air dan bak penampungan air. ada beberapa tahap untuk membuat filtrasi, yaitu :
a. Fitting
Fitting merupakan bagian ujung dari suatu pipaatau bagian yang berfungsi sebagai belokan dan penghubung.
b. Pipa
c. Bak Filtrasi

 
Pipa Air
 

 Bak Penampungan Air

 Tampak Depan

 Tampak Atas

Tampak Belakang

Minggu, 30 Juni 2013

Perkembangan dan Peradaban Islam di India




BAB 1

A.    Latar Belakang

India merupakan salah satu Negara di kawasan Asia Selatan yang terletak di Anak Benua India. India merupakan negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis dan memiliki jumlah penduduk hampir 1 milyar. Mayoritas penduduk merupakan pemeluk dari agama Hindu, salah satu Raja terkenalnya adalah Raja Ashoka (273- 232 SM) dari Kerajaan Maurya. Masuknya Islam ke India menandai kemunduran dari perkembangan Hindu di India.

Masuknya Islam di India pada mulanya di kenalkan oleh Umar bin Khatab pada abad ke-7 M, yang kemudian diteruskan oleh Khalifah Arrasydin dengan cara damai. Perbedaan cara Islamisasi oleh pemerintahan bani Umayah yang berpusat di Damaskus, dengan cara mengirim Pasukan Islam ke India. Pada Abad ke- 13 hingga 15 M agama Islam berkembang dengan pesat di India, dengan bukti adanya kerajaan-kerajaan Islam di India dan bangunan-bangunan tempat ibadah.

Sebelum agama Islam lahir di Arab, antara bangsa Arab dengan bangsa India sudah saling mengenal. Dengan bukti adanya peninggalan pedang Arab yang disebut”Saif Muhannad” artinya pedang yang di tempa secara India. Setelah runtuhnya Kerajaan Moghul yang merupakan masa kegemilangan Islam di India, muncul bangsa Barat yang menancapakan Imperalisme dan Kolonialisme di India. Bangsa Barat yang datang ke India meliputi para pedagang Belanda, Prancis, Inggris dan Portugis. Pada perkembangan selanjutnya India menjadi jajahan dari Inggris, India meraih kemerdekaan dari Inggris pada 15 Agustus 1947 dan menjadi Republik 26 Januari 1950. India merupakan bagian dari rute perdagangan yang sangat penting dan bersejarah.

B.     Rumusan Masalah
a.       Sejarah masuknya islam di India
b.      Peradaban dan pemerintahan Islam di India
c.       Gerakan islam dan pemikiran para tokoh di India


               

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah masuknya islam di India

India yang berpenduduk 871 juta jiwa (tahun 1990), sebanyak 11,4% menganut ajaran Islam. Di sepanjang sejarahnya masyarakat muslim India meski merupakan kelompok minoritas, namun memberikan sumbangan peradaban yang sangat berarti bagi dunia. Peranannya dapat dilihat dari beberapa sejak sebelum Kerajaan Mogul, masa kekuasaan Kerajaan Mogul, masa penjajahan Inggris dan masa kontemporer hingga sekarang. Masyarakat muslim mulai masuk anak benua India sejak abad pertama hijriyah berlangsung secara bergelombang, orang-orang Arab masuk sekitar abad kedelapan, orang-orang Turki mulai masuk abad keduabelas dan orang-orang Afghan masuk abad keenambelas.
Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan ekspedisi pada tahun 643, sepeninggal khalifah orang-orang Arab membuka jalan dengan menguasai Bakra di Baluchistan. Pada masa Bani Umayyah di bawah panglima Muhammad bin Qasim melanjutkan ekspedisi dan menguasai Sind dan mulai tahun 871 kaum muslimin mulai menetap di sana. Mahmud Gaznawi tahun 1020 mengembangkan pengaruhnya dan mampu mengajak raja-raja setempat dalam Islam.
Sepeninggal Mahmud Gaznawi muncul dinasti kecil seperti Mamluk, Khalji, Tugluq dan terakhir dinasti Lody yang didirikan Bahlul Khan Lody. Ketika terjadi kekacauan di negerinya, raja mengundang Zahiruddin Muhammad Babur dari Kabul yang di kemudian hari berhasil mendirikan Kerajaan Mogul tahun 1526. Sepeninggal Babur Mogul dipimpin putranya Humayun namun kalah menghadapi Bahadur Syah dari Gujarat, baru 15 tahun kembali berkuasa dan meninggal dunia setahun kemudian.
Akbar Khan menggantikan dan memerintah 49 tahun sehingga puncak masa kejayaan dapat diraih setelah berhasil mempersatukan daerah, golongan dan agama di India. Mogul di masa jayanya berhasil membangun peradaban bahkan menjadi negara adikuasa dengan menguasai beberapa wilayah. Luasnya membentang meliputi Kabul, Lahore, Multan, Gujarat, Delhi, Agra, Oud, Allahabad, Ajmer, Melwa, Bihar, Bengal, Kandes, Berar, Ahmadnagar, Ousra, Bajipur, Galkanda, Tajore dan Trichinopoli.
Dalam bidang ekonomi umat Islam di Mogul berhasil mengekspor sejumlah produk ke Eropa. Sedang dalam bidang pendidikan dan ilmu Mogul berhasil mencapai prestasi cemerlang. Mereka membangun masjid, madrasah dan perpustakaan. Pengajaran terdiri berbagai ilmu seperti logika, filsafat, geometri, geografi, sejarah, politik dan matematika. Di masdrasah pelajaran meliputi ilmu tafsir, hadis, fiqih. Sedang perpustakaan di Agra mengoleksi lebih 24 ribu buku. Sekolah tinggi terkemuka dibangun pada masa itu. Dalam bidang arsitektur berkembang sangat mengagumkan, banyak bangunan indah yang dihasilkan pada masa pemerintahan Mogul. Benteng Merah menjadi salah satu bangunan megah, selain bangunan masjid, istana dan makam para pembesar kerajaan. Puncak karya arsitektur paling tinggi ketika itu yang dapat disaksikan hingga hari ini adalah Taj Mahal.
Taj Mahal yang di dalamnya berdiri bangunan masjid, satu dari tujuh keajaibah dunia. Bangunan indah dan megah itu sumbangan peradaban masyarakat muslim, sebuah karya arsitektur yang sangat tinggi.
Taj Mahal yang dibangun Syah Jehan Raja Mogul V untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal, terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra, India sekitar 190 kilometer dari New Delhi. Istana pilihan yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun tahun 1632 dengan mempekerjakan 20.000 orang, total biaya mencapai 40 juta rupee. Bangunan inti selesai tahun 1643 dan secara keseluruhan selesai tahun 1654.
Taj Mahal menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang majemuk namun kepemimpinan raja bijak, meski menganut ajaran Islam tapi tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan. Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil sebagai pemimpin yang sukses.
Taj Mahal merupakan gabungan berbagai arsitektur yang berkembang zaman itu, perpaduan karya arsitek terkemuka yang mengadopsi corak bangunan dari India, Pesia dan Asia Tengah. Konsultan pembangunan didatangkan dari Turki, Ustadz Isa seorang arsitek terkemuka ketika itu. Sebuah kerja yang mengagumkan sehingga mendatangkan kekaguman di sepanjang zaman melintasi batas ruang dan waktu.
Kompleks Taj Mahal berbentuk bujur sangkar, membujur dari utara ke selatan terdiri tiga bagian. Di tengah terdapat taman bungan dengan kolam air mancur yang sangat menawan. Antara satu bagian dengan lainnya dibatasi bidang empat persegi panjang. Pintu gerbang di bagian selatan dan mausoleum sebagai bangunan utama dilingkupi dua bangunan simetris. Di bagian barat terdapat masjid dan timur ruang jawaban.
Mausoleum berbentuk segi delapan dan di atasnya ditutup kubah, tinggi bangunan tujuh meter dan puncak kubahnya mencapai 26 meter. Dinding bagian dalam dilapisi batu pualam warna kemerah-merahan dan di bagian luar sudut-sudutnya terdapat menara yang menjulang tinggi. Bangunan masjid dan ruang jawaban dibuat menghadap mausoleum, bahan bangunan untuk masjid terdiri pasir dan marmer yang disusun sesuai keindahan dekoratif. Masjid di bagian dalam Taj Mahal hingga sekarang masih digunakan masyarakat muslim untuk menunaikan shalat Jumat.
Sepeninggal Aurangzeb tahun 1707 Mogul mengalami masa surut sangat cepat, banyak peperangan dan persaingan dari dalam istana sehingga menjadikan musuh-musuh mengincar. Kaum penjajah dari Eropa seperti Inggris, Perancis, Belanda dan Portugis mulai mencapkan pengaruhnya di India.
Inggris datang ke India semenjak permulaan abad XVII sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama "The East India Company." Mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara Kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik mengail di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.
Dengan politik adu domba yang lihai, mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan bedil, politik adu-domba dan senjata uang, dilumpuhkannya kekuasaan hakiki kesultanan Islam Mongol. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818
Meski di bawah kekuasaan penjajahan Inggris, namun muncul pemikiran dari tokoh-tokoh masyarakat muslim untuk memperjuangkan kemajuan umat Islam. Pembaruan pemikiran, pemurnian ajaran Islam dan gagasan untuk melepaskan dari kaum penjajah terus berlangsung. Syah Waliullah, Sayid Ahmad Khan, Sayid Amir Ali, Muhammad Iqbal, Mohammad Ali Jinah, Abdul Kalam Azad dan sejumlah tokoh lain membangkitkan umat Islam India.[1]
Di bawah ini pemakalah paparkan beberapa tokoh pemikir islam yang berkembang di india beserta gerakannya yang hidup dan dikenang sampai sekarang ini.

B.     Peradaban dan pemerintahanIslam di India

Peletak dasar dinasti Islam di India adalah Kutbu’ddin Aibak (1206-1211), yang berhasil mendirikan kerajaan Islam di India yang merdeka.[28] Setelah merasa cukup kuat untuk mendirikan kekuasaan di India, pada tahun 1206 ia mendirikan Kesultanan Delhi di India yang berhasil dipertahankan hingga1290. Dinasti keturunan Aibak sering disebut dinasti keturunan hamba-hamba raja, karena Aibak sendiri bukanlah keturunan raja. Sultan Balban adalah raja terakhir dinasti keturunan hamba-hamba raja. Dia tidak meninggalkan keturunan dan pemerintahan Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih oleh dinasti raja-raja keturunan Khilji (1290-1321), kemudian dilanjutkan raja-raja keturunan Tughlak (1321-1399), dinasti para Sayid (1414-1451), dan dinasti raja-raja keturunan Lodi (1451-1526), kemudian yang terakhir adalah dinasti Dinasti Moghul. Pergantian pemerintahan para raja yang berkuasa di Delhi tidak mulus begitu saja, tetapi sering terbentur pertumpahan darah dan saling menjatuhkan. Keturunan ketiga keluarga Lodi adalah Sultan Ibrahim Lodi (1517-1526) yang dianggap oleh beberapa pembesar kerajaan kurang cakap memerintah. Paman Ibrahim Lodi yang bernama Dhaulad Khan dan Alam Khan menjalin kerjasama dengan bangsa Mongol Sultan Babar dari Kabul (timur Afghanistan) untuk menjatuhkan Ibrahim Lodi. Kelompok Sultan Babur ini telah lama masuk Islam, dan mereka ahli dalam melakukan peperangan.
Sultan Babar/Babur adalah seorang keturunan bangsa Turki (pihak ayah) dan bangsa Padang Pasir Lodi/ Jengis Khan (pihak ibu). Sebagai seorang keturunan Mongol, Babar memiliki sifat bawaan pemberani dan ahli dalam perang. Ia berpandangan bahwa India akan berhasil dibangun menjadi imperium yang kuat mengingat kekayaan yang dimilikinya. Pada saat Babur berkuasa di Kabul, situasi di India sedang dalam masa kekacauan pada masa pemerintahan Ibrahim Lodi. Kesempatan ini sebagai pintu bagi Babur untuk merealisasikan impiannya memperluas imperium sampai di India. Sultan Babur segera menyiapkan pertempuran untuk menjatuhkan raja Lodi. Pada tahun 1526 terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan Ibrahim Lodi dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Sultan Babar kemudian mendirikan kerajaan Moghul dan pemerintahannya terkenal dengan nama kesultanan Moghul dengan ibu kotanya di kota Agra.
1. Perkembangan Politik Kerajaan Moghul
a. Pemerintahan Babur
Kesultanan Moghul adalah Dinasti Islam yang terbesar dan terakhir di India. Setelah mengalahkan Ibrahim Lodi, Babur membangun stabilitas politik dan memperkuat angkatan perang serta melakukan penetrasi. Sampai tahun 1529 wilayah kekuasaan Moghul sangat luas mulai dari Turkestan sampai Teluk Bengala. Artinya daerah-daerahpenting telah ada di bawah kekuasaan Moghul. Walaupun demikian Babur belum dapat dikatakan berhasil mengausai seluruh India.

b. Pemerintahan Humayun
Pada tahun 1530 Babur meninggal meninggalkan dua putra yakni Humayun dan Kamran. Humayun naik tahta menggantikan ayahnya dengan menghadapi berbagai persoalan gerakan desintegrasi dan ancaman usaha menjatuhkan kekuasaannya termasuk dari saudaranya sendiri. Waktunya lebih banyak untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Ancaman paling berat adalah dari Afghanistan. Kekuatan besar disiapkan untuk menghadapi Sher Khan (dari Afghanistan) yang berusaha merebut Agra. Humayun sempat menyingkir dari Agra, dan dengan bantuan Shah Thomas dari Persia Humayun berhasil menguasai Kabul kembali, kemudian Agra juga berhasil direbut tahun 1555. Humayun mempunyai putra bernama Akbar yang lahir semasa pelarian (1542). Pada tahun 1556 Akbar menggantikan Humayun yang kemudian terkenal sebagai sultan yang gagah berani dan memiliki prestasi tinggi.

2. Pemantapan politik Sultan Akbar
Sultan Akbar menghadapi persoalan kerajaan yang amat rumit. Dia berprinsip bahwa kekuatan negara terletak pada tentara dan administrasi6. Berbagai gerakan desintegrasi dan ancaman penjatuhan kekuasaan masih besar di depannya. Di antaranya adalah keponakan Sultan Sher Shah bernama Sultan Muhammad Adil Shah yang bekerjasama dengan panglima bangsa Hindu bernama Hemu. Tetapi kemudian Hemu justru melakukan perlawanan sendiri dengan menobatkan diri sebagai Vikramaditya (gelar Chandragupta II yang mashur pada abad IV M). Upaya penggulingan Sultan Akbar gagal, bahkan kemudian Delhi dapat direbut kembali dan perluasan kekuasaan terus dilakukan dengan gemilang. Pada tahun 1576 Rajputana, Gujarat, dan Bengala telah berhasil dikuasai Sultan Akbar. Dengan demikian pintu barat dan timur melalui laut di India telah dikuasai Sultan Akbar. Pada waktu naik tahta, Sultan Akbar baru berumur 13 tahun, sehingga kekuasaan kerajaan dipangku oleh wazir bernama Bairam Khan. Wazir ini pulalah yang menjadi guru Akbar sejak kecil sampai naik tahta. Setelah berusia 18 tahun, Akbar mulai melepas berbagai ketergantungan kepada orang lain. Upaya yang dilakukan Akbar adalah melepaskan diri dari berbagai orang, keluarga, dan bangsawan yang terlalu mempengaruhi dirinya. Akbar memiliki pemikiran ke depan untuk membangun India sebagai negara besar. Prestasi politik gemilang Sultan Akbar adalah keberhasilannya mempersatukan berbagai daerah di India dalam kesultanan Moghul. Usaha ini bukan hal yang mudah, mengingat pada masa tersebut masih berkembang beberapa kerajaan Hindu dan Islam yang merdeka. Kegigihan dan kegagahan pasukan perang Akbar akhirnya berhasil menaklukan satu demi satu berbagai kerajaan di India. Kegemilangan penguasaan dimulai dalam mematahkan gerakan perlawanan bangsa Rajput yang tidak mau tunduk pada kekuasaan Moghul. Dikisahkan bahwa dalam menundukkan perlawanan tersebut pasukan Moghul membutuhkan waktu 7 bulan menggempur benteng Chitor di Udaipur. Kekalahan bangsa Rajput pada masa tersebut ditandai oleh kejadian dramatis. Sisa-sisa pasukan Rajput melakukan perlawanan puputan (habis-habisan). Orang tua, wanita, dan anak-anak melakukan bunuh diri setelah pasukan Rajput tidak lagi mampu membendung pasukan Moghul. Setidaknya 30 000 korban tewas atau bunuh diri dalam pembasmian perlawanan bangsa Rajput.
Keberhasilan awal Sultan Akbar diikuti oleh kegemilangan terhadap perluasan kekuasaan selanjutnya. Tahun 1573 Gujarat berhasil dikuasai kemudian disusul Bengala tahun 1576. Akbar telah berhasil menguasai daerah-daerah penting India. Menjelang wafatnya tahun 1605, kekuasaan Moghul semakin mantap. Akbar juga melakukan akomodasi dengan masyarakat Hindu dengan melakukan berbagai kebijakan seperti penghapusan Jizya dan Djazia, pelarangan penyembelihan sapi, bahkan mengangkat beberapa orang Hindu untuk menduduki menteri-menteri dan pimpinan pasukan.

3. Sultan Jahangir (1605-1628)
Salim , putra Akbar dinobatkan sebagai raja Moghul dengan gelar Sultan Nurud’din Muhammad Jahangir Pasha Ghazi. Jahangir kontras dengan bapaknya dalam menegakkan pemerintahan Moghul terutama dalam menghadapi kelompok Hindu. Dia menghadapi konflik luar biasa dengan anaknya sendiri, sampai kemudian meninggal tahun 1627 menyisakan konflik kerajaan. Kedua putranya bernama Shah Jahan dan Azaf Khan sama-sama berhasrat menggantikan ayahnya.

4. Masa pemerintahan Sultan Shah Jahan (1628-1658)
Shah Jahan akhirnya memenangkan persaingan untuk menggantikan Jahangir sebagai sultan Moghul. Pemerintahan masa Shah Jahan masih menghadapi berbagai gejolak dalam negeri dan ancaman perebutan kekuasaan dari negara-negara lain. Shah Jahan melanjutkan politik Sultan Akbar dengan melakukan penaklukan berbagai daerah untuk meredam pemberontakan dan memperluas kerajaan. Pada tahun 1636 dua kerajaan penting berhasil dikuasai yakni Ahmadnagar dan Bijabur9. Pada saat perluasan kekuasaan permaisurinya yang bernama Mumtaz-i-Mahal, istri yang amat dicintainya meninggal pada saat perang. Shah Jahan begitu kehilangan istri yang amat cantik dan dicintainya. Peninggalan makam dan masjid Tajmahal yang saat ini merupakan salah satu 7 keajaiban dunia merupakan tanda kasih Shah Jahan kepada istrinya. Shah Jahan memiliki putra bernama Aurangzeb yang diberi kekuasaan di Decaan. Aurangzeb berhasil membuat stabilitas di Decaan terutama dalam menghadapi kekuatan kerajaan Hindu yang masih berusaha menolak kekuasaan Islam.. Persaingan paling kuat adalah antara Aurangzib dengan Dara Sikhoh. Dalam persaingan tersebut Aurangzib berhasil mengalahkan Dara Shikoh, dan mengambil alih kekuasaan Sultan Moghul tahun 1658. Sementara selama 7 tahun Shah Jahan menghabiskan waktunya di dalam benteng Agra hingga wafat menjemputnya. Shah Jahan, raja yang berambisius telah meninggalkan berbagai bangunan penting pada masa kesultanan Moghul yang menandai kebesaran kebudayaan kerajaan Moghul.

C.     Gerakan Islam dan pemikiran para tokoh di India

1.   Gerakan Mujahidin
Sayyid Ahmad.
Dengan golongan Mujahidinnya Sayyid Ahmad mencoba memulai peperangan terhadap golongan sikh di India Utara.Peperangan ini berbuah kemenangan pada kelompok Mujahidin, mereka dapat menguasai Akora yang merupakan pusat kekuatan golongan Sikh.
Ide atau pemikiran yang dimunculkan oleh Sayyid Ahmad ialah merubah sistem pemerintahan dari monarki kepada sistem imamah, yaitu negara dipimpin oleh seorang imam.
Sistem pemerintahan imamah dibentuk pada tahun 1827, dalam menjalankan tugasnya, imam mengangkat seorang khalifah sebagai wakilnya di kota-kota penting.
Diantara tugas mereka yaitu mengumpulkan zakat untuk pemerintahan imam dan mencari mujahidin untuk meneruskan jihad.
Namun, sistem imamah yang didirikan oleh Sayyid Ahmad tidak bertahan lama, golongan Sikh menganggap gerakan Mujahidin mengancam kekuasaan mereka. Golongan Sikh di bantu oleh golongan-golongan non muslim seperti golongan Barakzai melangsungkan pertempuran di Balekot dan pada pertempuran inilah Sayyid Ahmad mati terbunuh.

2.   Gerakan Intelektual
- Muhammad Qasim Nanantawi dan Mawlana Ishaq (Madrasah Deoband)
Sepeninggalan Sayyid Ahmad Syahid, gerakan intelektual melawan kolonial Inggris terus dilakukan oleh para pengikut Sayyid Ahmad Syahid. Pada tahun 1857 madrasah Deoband melalui Mawlana Muhammad Qasim Nanantawi dan Mawlana Ishaq, seorang cucu dari Syah Abdul Aziz ditingkatkan menjadi perguruan tinggi.
Ide-ide Syah Waliullah yang kemudian ditonjolkan oleh sayyid Ahmad Syahid dan gerakan Mujahidin, itulah menjadi pegangan bagi Deoband.
Ide-ide itu meliputi:
1)   Bidang agama, pemurnian ajaran Islam India dari paham-paham salah yag dibawa tarekat dan dari keyakinan animisme lama dan pemurnian dari perkatek keagamaan seperti bid'ah.
2)   Bidang politik dan pendidikan, Deoband mengambil sikap anti Inggris. Sikap anti inggris ini dilator belakangi oleh para pendiri deoband mayoritas pemuka gerakan mujahidin. Mereka mendirikan deoband untuk menentang pendidikan sekuler inggris dan juga sebagai reaksi terhadap usaha kristenisasi di India.

3.   Gerakan Aligarh
1)  Sayid Ahmad Khan (1817-1898)
Sayid Ahmad Khan lahir pada tahun 1817 Masehi keturunan dari Rasulullah Muhammad SAW, dari pihak Husein. Neneknya adalah seorang pembesar istana di zaman Alamghir II (1754-1759). Pendidikan yang ia tempuh melalui pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab ia juga belajar bahasa Inggris.
Menurut pemikiran Sayid Ahmad Khan kemajuan ummat Islam bukan cara memusuhi Inggris dan bekerja sama dengan Hindu, tetapi harus dekat dengan orang-orang Inggris, karena kamajuan Islam tidak terlepas dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern banyak dihasilkan oleh orang-orang Inggris. Penafsiran dan interpretasi yang diberikannya terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima oleh golongan terpelajar (Islam) dibandi dari hasil penafsiran yang lama atau sebelumnya.
Pemikirannya dalam keagamaan itu antara lain :
a)   Perkawinan menganut asas monogami, poligami bertentangan dengan semangat.
b)   Islam dan hal ini tidak akan diizinkan kecuali dalam keadaan memaksa.
c)   Islam dengan tegas melarang perbudakan, termasuk perbudakan dari tawanan perang, meskipun syariat memperkanankannya.
d)   Bank Modern, transaksi perdagangan, pinjaman serta perdagangan internasional yang meliputi ekonomi modern, meskipun semua itu mencakup pembayaran bunga, tidaklah dianggap riba, karena hal itu tidak bertentangan dengan hukum Al-Qur'an.
e)   Hukum potong tangan yang didasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah bagi pencuri, lemparan batu serta cambukan 100 kali bagi pezina hanya sesuai dengan masyarakat primitif yang kekurangan tempat penjara atau tidak mempunyai penjara.

2)  Nawab Muhsin Al-Mulk
Setelah Sayyid Ahmad Khan menghadapi masa tua, pimpinan Muhammedan Angol Oriental Conference (M.A.O.C.) pindah ketangan Sayyid Mahdi Ali yang lebih dikenal dengan nama Nawab Muhsin Al-Mulk (1837-1907).Pada mulanya ia adalah pegawai Serikat India Timur, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Ia pernah berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad.
Di tahun 1863 ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan antara keduanya terjalin tali persahabatan yang erat. la banyak rnenulis artikel Tahzib Al Akhlaq dan kemudian juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. la pindah ke Aligarh dan menetap di sana mulai dari tahun 1893. Pada tahun 1897 ia menggantikankan kedudukan Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Ia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan ide ide Sayyid Ahmad Khan yang- dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference[4]
Muhsin al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh ia mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Ia adalah orang yang paling cinta damai, namun ia dihadapkan juga kepada kontraversi Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad Khan. Inilah yang pada akhirnya menyebabkan ia mengundurkan dari Perguruan Tinggi tersebut. Ia wafat 16 Oktober 1907, dan dikuburkan di samping kuburan Sayyid Ahmad Khan di Aligarh[5]
Yang menjadi perbedaan faham keagamaan dan politik Aligarh dan Deoband. Dari segi politik Deoband anti terhadap Inggris dan Aligarh justru sebaliknya pro terhadap Inggris. Dari segi keagamaan Deoband tetap mempertahankan taklid kepada ulama' klasik dan menutup pintu ijtihad, beda halnya dengan gerakan Aligarh mereka tidak menutup pintu ijtihad. Tetapi pada akhirnya sikap Deoband yang tadinya keras bisa melembut dan berubah terhadap sikap yang tadinya mempertahankan tradisi dan menutup pintu ijtihad, perlahan mulai membuka pintu ijtihad. Karena "Dalam menghadapi golongan ulama Nawab Muhsin al-Mulk bersikap lebih lembut dari Sayyid Ahmad Khan."
Dari bidang politik Nawab Muhsin Al-Mulk jelas terlihat. Nawab Muhsin Al-Mulk tidak ragu-ragu memasuki bidang politik. Ini terlihat dari usahanya dalam membentuk Delegasi Umat Islam India karena pada waktu itu pemimpin –pemimpin Islam India yang duduk di dalam Dewan-Dewan Perwakilan Daerah melihat bahwa. sebagai minoritas umat Islam tidak dapat menandingi golongan mayoritas Hindu, dalam pemilihan yang akan diadakan. Oleh karena itu, kepada umat Islam harus diberikan daerah-daerah pemilihan terpisah. Delegasi umat Islam India diterima oleh Lord Minto dan tuntutan diterima. Peristiwa itulah yang membawa kepada terbentuknya Liga Muslimin India di tahun itu juga 1906[7]

3)  Viqar Al-Mulk
Pemimpin lain yang berpengaruh ialah Viqar al Mulk (1841 1917). Ia semenjak muda telah menjadi pembantu dan pengikut Sayyid Ahmad Khan. Di tahun 1907 ia menggantikan Nawab Muhsin AI Mulk dalam pimpinan M.A.O.C.
Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan politik umat muslim India.
Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir 1841, di Distrik Moradabad, United Pravinces. Ia adalah rekan Sayyid Ahmad Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk ia selalu bekerja sama dalam masalah administrasi Aligarh. Dan setelah Muhsin al-Mulk meninggal pada tahun 1907, ia dipilih menjadi Sekretaris Badan Pendiri.
Pada masa Viqar ini terjadi pertentangan antara Viqar al -Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur M.A.O.C. di waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah Archbold sedang Viqar al Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa mengundurkan diri. Kekuasaan Iriggris di M.A.O.C. dari semenjak itu mulai berkurang. Pada masa Viqar inilah berakhirnya kontraversi tentang administrasi Perguruan Tinggi, dan di mulainya era baru bagi perjalanan Aligarh.
Ini berarti bahwa di masa Sayyid Ahmad Khan dan Nawab Muhsin Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang pada saat itu ialah orang Inggris, tetapi pada masa Viqar Al-Mulk kekuasan besar yang menjadi direktur M.A.O.C. yang dipegang oleh orang Inggris berkurang. Karena tersingkirnya orang Inggris (Archbold) yang menjadi direktur dalam M.A.O.C. yang mengundurkan diri akibat terjadinya pertentangan antara dia dengan Viqar Al-Mulk yang banyak mendapat dukungan atau sokongan dari masyarakat Islam di luar.

4)   Altaf Husain Ali
Tokoh India lainnya yang terkenal sebagai penyebar ide ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali (1837- 1914). Ia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor Pemerintah Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah ia berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai seorang penyair, tetapi ia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib Al Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia menulis syair tentang peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung ide ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam India, sehingga dikatakan bahwa di samping MAOC dan Muhammedan Educational Conference. Musadddas lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan gerakan Aligarh[9]
Ia menyebarkan ide – ide pembaharuan gerakan Aligarh dengan cara yang berbeda dari tokoh yang lain. Ia menyebarkan ide –ide pembaharuan melalui syair yang terkenal dengan nama musaddas.
Dalam bidang politik ia berpandangan bahwa umat Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri di samping umat Hindu. Tetapi bukan anti Hindu.
Semangat patriotisme Hali ini terlihat dalam Syairnya: Jika Anda ingin kebaikan dari negerimu. Maka janganlah menganggap sebagai orang asing sesama patriot dari tanah airmu, Apakah ia Muslim atau Hindu, Apakah Budhis atau Brahma, Pandanglah mereka dengan mata persahabatan yang syahdu, Anggaplah mereka seperti bagian hitam dari matamu.
Dalam dunia pendidikan ia berbeda pendapat menurutnya pendidikan wanita ia lebih bersifat progresif. Sedangkan, Sayyid Ahmad Khan yang memandang kaum wanita belum perlu mendapatkan pendidikan sebagaimana kaum laki-laki.

5)  Chiragh Ali
Chiragh Ali adalah murid Sayyid Ahmad Khan. Ia melakukan studi banding tentang Bibble dengan Al-Qur'an, sebagai upaya untuk berargumentasi dengan penganut kitab Bible. Ia juga melakukan penelitian kembali sumber-sember hukum Islam. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa Islam tidak terikat pada sistem sosial tertentu. Akhirnya ia pun memunculkan suatu penafsiran yang menyeluruh dan pembaruan dalam lapangan hukum dan politik yang didasarkan atas Al-Qur'an.
Menurutnya Al-Quran bukan merupakan penghalang kemajuan spiritual dan tidak melarang kebebasan berfikir di antara kaum muslimin serta bukan penghalang inovasi dalam segala aspek kehidupan baik dalam politik sosial, pemikiran maupun segi moral.
Ini berarti bahwa ia berpendapat Islam harus beradaptasi dengan kondisi zaman yang berubah-ubah, agar senantiasa mampu hadir ke tengah-tengah umat dalam menyelesaikan problematika kehidupan yang terjadi. Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad di dalamnya terdapat elastisitas atau fleksibel yang memungkinkan bagi Islam untuk beradaptasi terhadap perkara politik dan sosial yang terjadi di sekitarnya. Tetapi Islam tidak menentukan sistem sosial atau politik tertentu. Inti pemikirannya tidak berbeda nyata dengan gurunya Sayyid Ahmad Khan


6)   Maulvi Nazir Ahmad
Beliau termasuk orang menyebarkan ide –ide pembaharuan dengan cara yang berbeda yaitu melalui gerakan keilmiahan. Karangan – karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti, dan problem –problem sosial.
Maulvi berpendapat kemunduran umat Islam, terletak pada umat Islam itu sendiri dan bukan dating dari luar.Umat Islam tidak hidup lagi sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Ia juga menerjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa Urdu yang pada saat itu banyak dibaca dan berpengaruh pada masyarakat Islam India, dari hal itu gerakan Aligarh semakin dekat dengan golongan ulama' India.

7)  Muhammad Shibli Nu'mani
Muhammad Syibli Nu'mani (1857 1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh. Ia mempunyai pendidikan madrasah tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan Medinah memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat meninggal¬kan M.A.O.C.
Ketika di M.A.O.C. ia berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat ia tidak mempunyai sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi ia tidak menentang pemakaian akal dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat yakin bukanlah haram. Ulama-ulama zaman klasik juga mempelajari dan mengetahui falsafat. Mereka, demikian argumennya lebih lanjut, menyetujui pelajaran falsafat pemikiran modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.[10]
Pada tahun 1894 ia mendirikan "Nadwah Ulama" yang diawali dengan semangat yang tinggi. Sehingga, Suleman Nadwi, pengganti Syibli menyatakan bahwa "banyak orang percaya bahwa hal ini akan membawa kepada berdirinya pemerintahan ulama". Inilah nampaknya gerakan tandingan yang pada akhirnya membawa Aligarh kepada kemunduran.
Banyak kritik-kritik yang dilontarkan Syibli kepada Aligarh, dia tidak terkesan dengan hasil-hasil intelektual pendidikan modern, karena perlakuan yang ia terima sebagai Asisten Profesor bahasa. Pada akhirnya ia meninggalkan MAOC dan pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama. Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini.
Kritik Syibli yang membawa kepada sikap meninggalkan Aligarh adalah bahwa sejak masa Sayyid Ahmad Khan telah terjadi pemisahan agama dari politik. Walaupun pada kenyataannya Sayyid Ahmad Khan sangat memperhatikan agama, Shibli percaya bahwa agama sebagai bantuan untuk tujuan-tujuan duniawi. Ini barangkali obsesi masa lalu ketika para ulama memegang kekuasaan spiritual sekaligus duniawi.
Pada masa inilah, gaung Aligarh mulai memudar, namun ide-ide pembaharuan yang dicetuskan melalui lembaga ini terus dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang lahir kemudian


DGerakan Sayyid Amir Ali
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi'ah yang di zaman Nadir Syah (1736 – 1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Keluarga itu kemudian bekerja di Istana raja Mughal. Sayyid Amir Ali lahir di tahun 1849, dan meninggal dalam usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikannya ia peroleh dari perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada didekat Kalkuta. Disinilah ia belajar bahasa Arab. Selanjutnya ia belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris.
Di tahun 1869 ia pergi ke Inggris untuk meneruskan studi dan selesai ditahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang hukum. Selesai dari studi ia kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah Inggris, pengacara, hakim, dan guru besar dalam hukum Islam. Di tahun 1883 ia diangkat menjadi salah satu dari ketiga anggota Majlis Wakil Raja Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam dalam Majlis itu.
Beliau tidak anti pati terhadap dunia politik bahkan ia memasuki dunia politik. Ini tercermin pada tahun 1877 ia membentuk National Muhammedan Association, sebagai wadah persatuan umat Islam dan untuk melatih mereka dalam bidang politik.
Amir Ali juga berpendapat dan berkeyakinan bahwa Islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran sebaliknya Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikannya ia mengajak meninjau kembali sejarah masa lampau bahwa agama bukanlah yang menyebabkan kemunduran dan menghambat kemajuan. Ia tidak menutup pintu ijtihad melainkan membuka pintu ijtihad. Pada pendapat lain juga memberikan pendapat bahwa menggunakan akal bukan suatu dosa dan kejahatan. Bahkan ia memberikan ayat-atat dan hadits-hadits untuk menunjang argumen –argumen untuk menyatakan bahwa ajaran – ajaran itu tidak bertentangan dengan pemikiran akal.
Sayyid Amir Ali untuk memajukan umat Islam ia berpendirian tidak ingin bergantung atau berkiblat kepada ketinggian dan kekuatan Barat seperti halnya dengan Sayyid Ahmad Khan. Sayyid Amir Ali dalam memajukan umat Islam ia berpatokan dan berkiblat pada ilmu pengetahuan yang dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka kuat berpegang pada ajaran Nabi Muhammad Saw. dan berusaha keras untuk melaksanakannya.

E. Gerakan Muhammad Iqbal dan Jinnah
Muhammad Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876. untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Ditahun 1905 ia pergi ke Inggris dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sanalah ia memperoleh gelar Ph.D, dalam tasawuf.
Pada tahun 1908 ia berada kembali ke Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen filsafat. Kemudian ia memasuki dunia politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ia wafat dalam usia enam puluh dua tahun ia meninggal di tahun 1938(harun,h. 190-191).
Muhammad Iqbal berpendapat kemunduran umat Islam selama lima ratus tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada statis. Penyebab lain ialah terletak pengaruh zuhd yang terdapat pada ajaran tasawuf. Zuhd, perhatian harus dipusatkan kepada tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam. Kemudian menjadi penyebab juga katanya ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemujaun pemikiran umat Idlam dipertengahan amat ketiga belas. Pada saat itu pintu ijtihad mereka tertutup.
Menurut Muhammad Iqbal hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Islam, menurut Iqbal pada hakekatnya mengajarkan dinamisme.
Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup menurutnya adalah gerak, sedangkan hukum hidup ialah menciptakan, maka ia berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru.
Di India terdapat dua umat besar, demikian menurut Iqbal. India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri terpisah dari Negara Hindu di India.
Tetapi yang patut diingat bahwa bibit ide untuk membentuk Negara tersendiri sebelumnya sudah dalam ide politik yang ditimbulkan oleh Sayyid Ahmad Khan, tetapi ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India ialah oleh Muhammad Iqbal Dan Jinnah-lah memperjuangkannya sehingga Pakistan mempunyai wujud.




BAB III

KESIMPULAN

Sejarah masuknya Islam ke India memiliki hubungan terhadap berdirinya negara Pakistan.Pada Awal proses Islamisasi di India tidak berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan adanya perlawanan yang dilakukan oleh ksatria Hindu dalam memerangi masuknya Islam di India. Pada abad IX dan X dinasti Gurjara – Pratihara yang berasal dari Rajastan, menguasai Kanyakubja, yang rupanya sangat berpengaruh di India Utara. Pada masa itu, mereka menolak mundur serangan Arab yang terjadi pada tahun 712, setelah bangsa Arab tersebut menduduki Sindhu (atau sekarang menjadi Pakistan) .Dalam proses penyebarannya agama Islam memerlukan waktu yang cukup lama hingga berabad-abad lamanya untuk dapat menyebar ke seluruh wilayah India. Hal ini dikarenakan, ada banyak faktor yang menyebabkan orang India berbondong-bondong menganut ajaran Islam seperti, pernikahanan, integritas ekonomi, ingin terbebas dari struktur kasta, serta tersentuh dengan dakwah yang dilakukan para tokoh sufi. Struktur kasta menyebabkan adanya tingkatan golongan rendah dan atas, dan sangat merugikan golongan rendah misalnya seperti rakyat jelata. Berbeda dengan Hindu, Islam datang membawa bentuk kehidupan yang berbeda dimana semua umat pemeluknya memiliki tingkatan yang sama tidak ada penggolongan kelompok.
              Masuknya Islam ke India memiliki sejarah yang panjang, pada awalnya perkembangan Islam di India mendapat perlawanan dari ksatria Hindu. Namun, pada akhirnya Islam menyebar di India pada abad ke 15. Penyebaran Islam ditandai dengan kejayaan Kerajaan Mugol yang merupakan kerajaan Islam di India.







DAFTAR PUSTAKA

             Harun Nasution. 1990. pembaharuan dalam Islam Sejarah pemikiran dan pergerakan. Bulan      Bintang : Jakarta.

Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1993 .http://www.fimadani.com/taj-mahal-saksi-perkembangan-islam-india/

Erwin, Tuti Nuriah. 1990. Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Kuntowijoyo. 2001. Muslim Tanpa Masjid, Essai-essai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental. Bandung: Mizan.

Mulia, TSG. 1952.  India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.


Wahid, Abdurrahman. 2001. Pergulatan Negara, agama dan Kebudayaan. Depok: Desantara.